Setiap mendengar kata cerita wayang Bharatayudha, bayangan kita sering langsung tertuju pada perang besar di medan Kurukshetra dari wiracarita Mahabharata. Namun, di balik gegap gempita pertempuran antara Pandawa dan Kurawa, tersimpan lapisan makna filosofis yang dalam tentang kehidupan, dharma (kewajiban), dan kebenaran.
Artikel ini akan mengajak Anda menyelami lebih dari sekadar ringkasan cerita. Kita akan menggali inti sari, pelajaran, dan relevansi kisah abadi ini di dunia modern.
Cerita Wayang Bharatayudha
Cerita wayang Bharatayudha adalah perang saudara epik yang memperebutkan takhta kerajaan Hastinapura. Di satu sisi terdapat Pandawa (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) yang mewakili kebenaran dan keadilan. Di sisi lain, berdiri Kurawa yang dipimpin Duryodana, merepresentasikan keserakahan dan keangkuhan.
Perang ini adalah klimaks dari dendam dan konflik panjang yang dipicu oleh kecurangan, permainan dadu, dan perampasan hak. Selama 18 hari, medan Kurukshetra menjadi saksi pertempuran sengit yang melibatkan para ksatria terhebat, senjata dewata, dan strategi perang yang cerdik.

Tokoh-Tokoh Kunci dan Perannya dalam Bharatayudha
Pandawa: Lima bersaudara yang berjuang untuk memulihkan hak mereka. Masing-masing mewakili sifat luhur: Yudhistira (kebenaran), Bima (kekuatan), Arjuna (keahlian), Nakula & Sadewa (kesetiaan).
Kurawa: Seratus pangeran yang dipimpin Duryodana. Mereka adalah simbol dari adharma (ketidakbenaran) dan keinginan untuk berkuasa dengan cara apa pun.
Kresna: Sebagai sais dan penasihat Arjuna, Kresna adalah pengejawantahan Tuhan yang memberikan bimbingan spiritual, termasuk wejangan suci Bhagavad Gita.
Bisma: Leluhur yang dihormati dari kedua belah pihak. Terikat sumpah untuk membela takhta Hastinapura, meski hatinya berada di pihak Pandawa.
Drona: Guru bagi Pandawa dan Kurawa yang terperangkap dalam kewajiban sebagai kesatria.
Arti Cerita Wayang Bharatayudha
Bharatayuddha sering ditafsirkan sebagai metafora dari pertempuran batin dalam diri setiap manusia. Medan Kurukshetra (Dharmakshetra) adalah jiwa manusia itu sendiri. Sementara Pandawa dan Kurawa merepresentasikan dualitas dalam hati: kebaikan melawan kejahatan, kebijaksanaan melawan nafsu, dan dharma melawan adharma.
Pesan ini disampaikan dengan paling gamblang dalam Bhagavad Gita, yang merupakan percakapan suci antara Arjuna dan Kresna di tengah medan perang, tepat sebelum pertempuran dimulai. Saat Arjuna ragu dan bimbang (Aswatama) untuk melawan keluarga dan gurunya sendiri, Kresna memberinya pencerahan tentang:
Dharma dan Tugas: Menjalankan kewajiban tanpa terpaut pada hasil.
Kebenaran Abadi: Hakikat jiwa yang kekal dan tak termusnahkan.
Jalan Menuju Pencerahan: Melalui pengabdian, pengetahuan, dan tindakan tanpa pamrih.

Lokasi Bharatayuddha: Dimana Terjadinya Perang?
Menurut kitab Mahabharata, perang ini terjadi di Kurukshetra, yang terletak di negara bagian Haryana, India utara masa kini. Kota ini hingga hari ini menjadi tujuan ziarah dan memiliki kuil-kuil yang didedikasikan untuk memperingati peristiwa tersebut. Banyak peziarah yang mengunjungi “Jyotisar” yang diyakini sebagai tempat Kresna menyampaikan Bhagavad Gita.
Toko Batik dan Oleh-oleh Khas Jogja

Anda dapat menemukan hiasan dan pernak-pernik wayang di toko batik dan oleh-oleh terbesar dan terlengkap di Jogja yaitu Hamzah Batik. Berlokasi di Malioboro depan pasar Beringharjo, Hamzah Batik menyediakan beragam oleh-oleh Jogja seperti batik, camilan, kerajinan, dan cinderamata khas Jogja.
Kunjungi toko Hamzah Batik di Malioboro depan pasar Bringharjo, atau pesan melalui WhatsApp di 08112544239 atau 08112544245. Untuk bantuan atau saran selama berbelanja, hubungi Customer Service di WA 081128293456 atau melalui email cs@hamzahbatik.co.id.


