Gapura Jawa merupakan elemen arsitektur penting dalam budaya yang tidak hanya berfungsi sebagai pintu masuk, tetapi juga memiliki makna filosofis dan estetika yang mendalam. Dalam arsitektur tradisional Jawa, setidaknya terdapat empat jenis gapura utama yang masih dapat kita temui hingga sekarang. Mari mengenal lebih dekat keunikan masing-masing gapura tersebut.
1. Candi Bentar – Gerbang Terbelah Tanpa Atap
Candi bentar adalah jenis pintu gerbang yang terdiri dari dua bangunan kembar yang tampak seperti dibelah dua secara simetris. Ciri khasnya yang paling menonjol adalah tidak adanya atap atau penutup di bagian atas gerbang.
Gapura ini banyak dijumpai dalam arsitektur Jawa, Bali, dan Lombok, baik pada bangunan sakral maupun profan. Filosofi di balik candi bentar melambangkan penyatuan antara alam manusia dengan alam spiritual.
Contoh Candi Bentar:
Masjid Menara Kudus
Wringin Lawang di Trowulan, Mojokerto
Gapura Makam Sukarno di Blitar
Gerbang Kampus Universitas Brawijaya, Malang
Wihara Arya Dwipa Arama di Taman Mini Indonesia Indah

2. Paduraksa – Gapura Beratap dengan Makna Spiritual
Paduraksa adalah bangunan gapura yang memiliki penutup atap di bagian atasnya, membentuk sematu terowongan yang harus dilalui. Berbeda dengan candi bentar, paduraksa memiliki atap yang menyatukan kedua sisi gerbang.
Gapura ini biasanya ditemukan pada kompleks keraton, makam, atau tempat ibadah, dan melambangkan transisi dari dunia luar menuju area yang lebih sakral.
Contoh Paduraksa:
Makam Sunan Giri di Gresik
Gerbang Masjid Kotagede, Yogyakarta
Astana Pajimatan Giribangun
Masjid Pathok Negara Mlangi
Gerbang Wisata Bromo

3. Semar Tinandhu – Gapura dengan Atap yang Ditopang Tiang
Semar tinandhu adalah jenis gapura yang memiliki struktur unik dengan alas, tiang, dan atap. Yang membedakannya dari gapura lain adalah atapnya yang tidak disangga oleh tiang-tiang utama (saka guru) konvensional, melainkan oleh dua tiang utama yang biasanya tersambung dengan pagar.
Gapura ini sering ditemukan pada bangunan publik dan institusi pendidikan, mencerminkan nilai-nilai keterbukaan dan kemasyarakatan.
Contoh Semar Tinandhu:
Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta
Museum Sonobudoyo Yogyakarta
Gapura Pasar Madyopuro, Malang
SDN 1 Semondo, Kebumen
Padepokan Pencak Silat di Taman Mini Indonesia Indah

4. Pelengkung – Gapura dengan Struktur Lengkung
Pelengkung atau p lengkung adalah jenis pintu gerbang yang memiliki struktur lengkungan pada bagian atas laluannya. Desainnya yang khas biasanya dihiasi dengan ornamen dan pelipit yang memperindah tampilan gerbang.
Gapura jenis ini banyak dipengaruhi oleh arsitektur kolonial dan sering ditemui pada bangunan benteng atau taman.
Contoh Gapura Pelengkung:
Pelengkung Tarunasura/Wijilan di Benteng Baluwerti, Yogyakarta
Gapura Gadhing, Surakarta
Gerbang Taman Sriwedari, Surakarta
Gapura di Kompleks Taman Sari, Yogyakarta

Pelestarian Gapura Jawa sebagai Warisan Budaya
Keempat jenis gapura Jawa ini tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya Nusantara, tetapi juga merupakan mahakarya arsitektur yang patut dilestarikan. Masing-masing memiliki karakter, fungsi, dan makna filosofis yang berbeda, mencerminkan kekayaan budaya lokal yang perlu terus dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Dengan memahami perbedaan dan keunikan masing-masing gapura, kita dapat lebih menghargai warisan arsitektur tradisional Jawa yang menjadi identitas budaya bangsa Indonesia.
Toko Batik dan Oleh-oleh Khas Jogja

Ketika berkunjung ke Jogja jangan lupa mampir di toko batik dan oleh-oleh terbesar dan terlengkap di Jogja yaitu Hamzah Batik. Berlokasi di Malioboro depan pasar Beringharjo, Hamzah Batik menyediakan beragam oleh-oleh Jogja seperti batik, camilan, kerajinan, dan cinderamata khas Jogja.
Kunjungi toko Hamzah Batik di Malioboro depan pasar Bringharjo, atau pesan melalui WhatsApp di 08112544239 atau 08112544245. Untuk bantuan atau saran selama berbelanja, hubungi Customer Service di WA 081128293456 atau melalui email cs@hamzahbatik.co.id.


